01909 2200349 4500001002100000005001500021035002000036006001800056007000300074008003900077040002200116100004500138245011700183250001800300300002500318020002200343082002000365084002000385264004500405264001100450264003800461336002100499337003000520338002300550520086000573650001901433700002601452850001201478990002301490990002301513990002301536INLIS00000000091335720200711093737 a0010-0220000676a g 000 eta200228s2017 jki g 000 e ind aSBPKHATbinderda0 aHasanudin Abdurakhman, 1968- (pengarang)10aEmakku bukan Kartini :bkumpulan catatan kesaksian tentang emak /cHasanudin Abdurakhman ; editor, Nana Lystiani aCetakan kedua a313 halaman ;c21 cm a978-602-03-3934-4042[23]a899.221 4 a899.221 4 HAS e 1aJakarta :bGramedia Pustaka Utama,c2017 4a©2017 3aJakarta :bPercetakan PT Gramedia 2rdacontentateks 2rdamediaatanpa perantara 2rdacarrieravolume aPepatah mengatakan dibelakang seorang pria sukses, berdiri wanita yang hebat. Demikian pula yang terjadi dalam hidup Hasanudin Abdurakhman, seorang Doktor di bidang Fisika, lulusan Tohoku University, Jepang. Wanita hebat itu adalah Emak. Kisah Emak, Dan Ayah-suami Emak, adalah gambaran sebagian besar orangtua di Indonesia. Orangtua yang kadang dibelit berbagai sekat keterbatasan. Kisah-kisah perjuangan yang senyap inilah yang turut membentuk generasi demi generasi di Indonesia sampai sekarang. Namun, dalam keterbatasan mereka, para orangtua itu tak akan menyerah untuk menyiapkan mimpi terbaik bagi anak-anaknya. Emak memang bukan Kartini. Ia buta huruf Latin hingga akhir hayatnya. Dia perempuan sederhana, bagian dari rakyat kecil yang mudah dijumpai setiap Hari. Namun, Emak punya mimpi besar: anak-anaknya harus sekolah sampai pendidikan tinggi. 4aEsai Indonesia0 aNana Lystianieeditor aSBPKHAT a8012/BH3/PPBH/2019 a8010/BH1/PPBH/2019 a8011/BH2/PPBH/2019