02174     2200349   4500001002100000005001500021035002000036007000300056008004100059040002200100043001200122245022800134250002000362300004400382020002200426041000800448082002200456084002300478264004500501336002100546337003000567338002300597520100300620521000901623650002901632650003301661650001701694700003101711700003101742700002901773990002201802INLIS00000000116605220250310021448  a0010-0325000032ta250310ts.a     jkia   g|e    ||    ind|   aSBPKHATbinderda  aa-io-sb  aEnsiklopedia pariwisata Indonesia :bbatu-batu mulia di Indonesia /cKepala Editor, Ali Muakhir dan Indari Mastuti; Kontributor, Dita Ariebowo, dkk; Editor, Pupung Ratnapuri, Yuli Widyapuri, Anna Faridan dan Dinar Isnaniyah  aCetakan Pertama  a164 halaman :bgambar berwarna ;c30 cm  a978-979-055-407-8  aInd  a552.09598 03 [23]  aR 552.09598 03 ENS  aJakarta :bProgressio Publishing,c[s.a]  2rdacontentateks  2rdamediaatanpa perantara  2rdacarrieravolume  aBatu permata adalah sebuah mineral, batu yang dibentuk dari hasil proses geologi yang unsurnya terdiri atas atau beberapa komponen kimia yang mempunyai harga jual tinggi, dan diminati oleh para kolektor. Batu permata harus dipoles sebelum dijadikan perhiasan. Batu Mulia bisa menjadi komoditas ekonomi bangsa. Bumi Indonesia, sering disebut dengan kalimat luhur seiring dengan keindahan dan keragamannya sebagai rangkaian Zamrud Khatulistiwa. Batu Mulia yang berasal dari Indonesia merupakan salah satu potensi alam yang masih banyak belum dimanfaatkan sebagai komoditi unggulan yang dapat mengangkat negara ini menjadi negara yang lebih maju di bidang ekonomi. Semua mata masih terpaku dengan potensi alam seputar timbunan minyak bumi, gas, dan emas. Salah satu batu mulia yang sangat terkenal adalah batu permata kalimaya atau juga dikenal dengan sebutan opal dari Kabupaten Lebak hingga kini terbaik di dunia karena memiliki aneka warna yang bagus dibandingkan dari Australia atau Amerika Latin.  aUmum  aBatu-Batuan di Indonesia  aBatu-Batu Mulia di Indonesia  aEnsiklopedia  aAli Muakhirekepala editor  aDita AriebowoeKontributor  aPupung Ratnapurieeditor  a0368/B1/PPBH/2013